Rabu, 17 April 2013
Selasa, 16 April 2013
PENIDDIKAN BERKARAKTER
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER
Pendidikan karakter merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna
membangun karakter pribadi dan/ kelompok yang unik baik sebagai warga negara .
hal itu diharapkan mampu memberikan kontribusi optimal dalam mewujudkan
masyarakat yang berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, berkeadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia.
B.
TUJUAN, FUNGSI
DAN MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER
1. Tujuan
Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk
bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,
bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
2. Fungsi
Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter berfungsi dalam :
a. Mengembangkan
potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik dan berperilaku baik.
b. Memperkuat
dan membangun perilaku bangsa yang multikultur
c. Meningkatkan
peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
3. Media Pendidikan
Karakter
Pendidikan karakter dilakukan
melalui berbagai media yang mencakup:
F Keluarga
F Satuan pendidikan
F Masyarakat sipil dan politik
F Pemerintah
F Dunia usaha
F Media massa
Meskipun telah terdapat 18
nilai pembentuk karakter bangsa, namun satuan pednidikan dapat menentukan
prioritas pengembangannya dengan cara melanjutkan nilai prakondisi yang
diperkuat dengan beberapa nilai yang diprioritaskan dari 18 nilai diatas. Dalam
implementasinya jumlah dan jenis karakter yang dipilih tentu akan dapat berbeda
antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain.
Hal itu tergantung pada
kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing. Diantara berbagai nilai
yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial,
sederhana dan mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/ Wilayah,
yakni bersih, rapi, nyaman, disiplin, sopan dan santun.
C. PERANAN
PENTING PENDIDIKAN KARAKTER BAGI PEMBANGUNAN BANGSA
Di Indonesia pelaksanaan pendidikan
karakter saat ini memang dirasakan mendesak. Gambaran situasi masyarakat bahkan
situasi dunia pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok pengarusutamaan (mainstreaming)
implementasi pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan karakter di Indonesia
dirasakan sangat
perlu pengembangannya bila mengingat makin meningkatnya tawuran antar pelajar, serta bentuk-bentuk
kenakalan remaja lainnya terutama dikota-kota besar pemerasan/kekerasan (bullying), kecenderungan dominasi senior terhadap
junior, fenomena suporter bonex, penggunaan narkoba, dan lain-lain. Sebagai
bangsa, agaknya kita masih saja mengidap Inferiority
complex, terbukti masih suka melahap tanpa seleksi segala produk-produk dan
budaya asing. Parahnya, media massa juga lupa akan kewajibannya untuk ikut
mencerdaskan bangsa dan memotivasi kepada budaya bangsa. Sementara itu, dalam
dunia pendidikan kasus bertindak curang (cheating)
baik berupa tindakan mencontek, mencontoh pekerjaan teman, atau mencontoh
dari buku pelajaran seolah-olah merupakan kejadian sehari-hari.
Terkait dengan itu perlu ditegaskan
bahwa korupsi bukan hanya soal mencuri uang Negara. Seorang akademikus yang
melakukan plagiat atau seorang siswa yang mencontek tidaklah mencuri uang
Negara, tetapi plagiat dan mencontek adalah indentik dengan korupsi. Disini lah
mengapa pendidikan berbasis karakter dengan segala dimensi dan variasinya
menjadi penting dan mutlak. Karakter yang ingin kita bangun bukan hanya
karakter berbasis kemuliaan diri semata,
tetapi secara bersamaan membangun karakter kemulian sebagai bangsa. Karakter
yang ingin kita bangun bukan hanya kesantunan, tetapi secara bersamaan kita
bangun karakter yang mampu menumbuhkan kepenasaranan intelektual sebagai modal
untuk membangun kreatifitas dan daya inovasi.
Berkaitan
dengan dirasakan semakin mendesaknya implementasi pendidikan karakter di
Indonesia tersebut, Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan Nasional dalam pulbikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan
Pendidikan Karakter (2011) menyatakan bahwa pendidikan karakter pada intinya
bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis,
berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan
taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Dalam
publikasi Pusat Kurikulum tersebut dinyatakan bahwa pendidikan karakter berfungsi
:
1. Mengembangkan
potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik;
2. Memperkuat
dan membangun prilaku bangsa yang multikultur;
3. Meningkatkan
peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Dalam kaitan itu telah diidentifikasi
sejumlah nilai pembentuk karakter yang merupakan hasil kajian empirik pusat kurikulum. Nilai-nilai yang
bersumber dari agama, pancasila,budaya, dan tujuan pendidikan nasional tersebut
adalah:
1. Religius
2. Jujur
3. Toleransi
4. Disiplin
5. Kerja
keras
6. Kreatif
7. Mandiri
8. Demokratis
9. Rasa
ingin tahu
10. Semangat
kebangsaan
11. Cinta
tanah air
12. Menghargai
prestasi
13. Bersahabat/
komunikatif
14. Cinta
damai
15. Gemar
membaca
16. Peduli
lingkungan
17. Peduli
sosial
18. Tanggungjawab
Pendapat Lickona tentang perlunya pelaksanaan pendidikan karakter di
Amerika Serikat yaitu :
a.
Merupakan
kebutuhan yang jelas dan mendesak
b.
Sejak
dulu sampaisekarang penyebaran nilai-nilai menjadi tugas peradaban
c.
Peranan
sekolahsebagai pendidikan moral menjadilebih vital karena jutaan anak-anak
hanya mendapat tuntunan moral sekadarnya
dari para orang tuanya sementara itu, pusat-pusat pengaruh pembimbingan moral
seperti gereja atau kuil, juga absen dalam kehidupan mereka.
d.
Bahkan
dalam masyarakat yang penuh dengan konflik, selalu ada pemahaman etika secara
umum.
e.
Demokrasi
secara khusus memerlukan pendidikan moral
f.
Tidak
ada suatu pendidikan yang bebas nilai
g.
Pertanyaan-pertanyaan
tentang moral adalah satu pertanyaan besar yang dihadapi oleh setiap orang dan
juga umat manusia.
h.
Telah
hadir dukungan yang semakin besar dan berbasis luas terhadap pelaksanaan
pendidikan moral di sekolah-sekolah.
Schwartz (2008) dalam suatu pertanyaan retorik
menyampaikan : mengapa pendidikan karakter di perlukan? Menjawabnya dengan
penjelasan bahwa pendidikan karakter terbukti membantu menciptakan perasaan
sebagai anggota komunitas di sekolah.
Schwartz lebih lanjut memberikan penjelasan sebagai berikut :
·
Pendidikan karakter membantu para siswa mencapai sukses
baik di sekolah maupun dalam kehidupan
·
Pendidikan
karakter membantu para siswa siap merespon berbagai tantangan kehidupan
·
Pendidikan
karakter membantu meningkatkan perilaku prososial dan menurunkan sikap dan
perilaku negative para siswa
·
Orang-orang
(dalam hal ini seluruh warga sekolah) yang berkata bahwa mereka peduli terhadap
nilai-nilai, ternyata lebih senang bertindak berlandaskan nilai-nilai tersebut
·
Pendidikan
karakter menjadikan pengajaran berlangsung lebih mudah dan belajar berlangsung
lebih efisien.
Ada tiga prinsip pokok pengembangan pendidikan
karakter di Kanada (Berkowitz, 2008). Pertama, satu-satunya cara untuk
membangun dunia yang lebih bermoral adalah dengan menciptakan manusia yang
lebih bermoral. Kedua, pentingnya perwujudan kata pepatah yang mengatakan “
perilaku anak adalah satu-satunya bahan pertanggungjawaban yang dapat diminta
kepada orang tua (dewasa). Ketiga, sekolah memiliki peranan dan pengaruh yang
kuat dan ekstensif terhadap para muda karena mereka menghabiskan sebagian besar
waktunya bertahun-tahun, sejak masih anak-anak sampai dewasa di sekolah.
Dalam konteks ini pendidikan karakter di Kanada
menitikberatkan pengembangan nilai-nilai atau atribut yang meliputi:
1)
Rasa
hormat pada diri sendiri, oranglain dan pada dunia tempat kita berdiam,
2)
Tanggungjawab
3)
Suatu
orientasi, serta kapasitas untuk bertindak jujur dan adil,
4)
Kepedulian
terhadap kesejahteraan oranglain
5)
Suatu
komitmen untuk bertindak jujur dan adanya tujuan yang transparan,
6)
Dedikasi
terhadap demokrasi, baik dalam politik maupun kehidupan sehari-hari.
D.
DAMPAK
PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER YANG
EFEKTIF
a. Perbaikan
iklim sekolah termasuk iklim pembelajaran
b. Para
siswa dan para staf menganggap sekolah sebagai tempat yang peduli, aman dan
cocok bagi anak-anak.
c. Para
siswa berperilaku lebih santun dan pantas, serta prososial
d. Tindakan-tindakan
yang keliru dan tidak terpuji seperti penggunaan narkoba serta kekerasan
menurun secara drastic
e. Motivasi
akademik serta skor prestasi siswa naik secara signifikan termasuk perolehan
skor pada tes standar
f. Para
siswa meningkatkan keterampilan mereka dalam pemecahan masalah serta secara menakjubkan mampu mengembangkan
kompetensi emosionalnya (termasuk aspek-aspek yang terkait kecerdasan social
dan kecerdasan emosional).
E. IMPLEMENTASI
PENDIDIKAN KARAKTER DI INDONESIA
Menurut Kementerian
Pendidikan Nasional pendidikan karakter terus meliputi dan berlangsung pada:
1. Pendidikan
formal
Pendidikan karakter
pada pendidikan formal berlangsung pada lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI,
SMP/MTS, SMA/MA, SMA/MAK dan Perguruan Tinggi melalui pembelajaran, kegiatan
kokurikuler dan atau ekstra-kurikuler penciptaan budaya satuan pendidikam, dan
pembiasaan. Sasaran pada pendidikan formal adalah peserta didik, pendidik, dan
tenaga kependidikan.
2. Pendidikan
Nonformal
Dalam
pendidikan nonformal pendidikan karakter berlangsung pada lembaga kursus,
pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan, dan lembaga pendidikan nonformal
lain melalui pembelajaran, kegiatan kokurikuler dan atau ekstra-kurikuler,
penciptaan budaya lembaga, dan pembiasaan.
3.
Pendidikan Informal
Dalam pendidikan
informal pendidikan karakter berlangung dalam keluarga yang dilakukan oleh
orang tua dan orang dewasa didalam keluarga terhadap anak-anak yang menjadi
tanggung jawabnya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pendidikan karakter merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna
membangun karakter pribadi dan/ kelompok yang unik baik sebagai warga Negara. Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan Nasional dalam pulbikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan
Pendidikan Karakter (2011) menyatakan bahwa pendidikan karakter pada intinya
bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis,
berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan
taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Pendidikan karakter membantu
para siswa siap merespon berbagai tantangan kehidupan, Pendidikan karakter
membantu meningkatkan perilaku prososial dan menurunkan sikap dan perilaku
negative para siswa, Orang-orang (dalam hal ini seluruh warga sekolah) yang
berkata bahwa mereka peduli terhadap nilai-nilai, ternyata lebih senang
bertindak berlandaskan nilai-nilai tersebut, Pendidikan karakter menjadikan
pengajaran berlangsung lebih mudah dan belajar berlangsung lebih efisien.
B.
SARAN
Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan
pembangunan karakter (character building) karena character building inilah yang
akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju, dan jaya serta
bermartabat
Selasa, 09 April 2013
hakikat bimbingan di sekolah Dasar
A.
LATAR BELAKANG BIMBINGAN DI SEKOLAH
1) Latar Belakang Sosio-Kultural
Sekolah tidak dapat melepaskan diri
dari situasi kehidupan masyarakat dan mempunyai tanggungjawab untuk membantu
para siswa baik sebagai pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat.
Sebagai suatu lembaga pendidikan formal, sekolah bertanggungjawab untuk
mendidik dan menyiapkan siswa agar berhasil menyesuaikan diri di masyarakat dan
mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Siswa hendaknya dibantu,
agar apa yang mereka terima di sekolah dapat merupakan bekal untuk menjadi
anggota masyarakat yang mandiri dan mampu memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya. Dalam situasi inilah bimbingan akan terasa diperlukan sebagai
suatu bentuk bantuan kepada siswa.
2) Latar Belakang Pedagogis
Dengan adanya kebijaksanaan
pemerintah untuk menyempurnakan kurikulum menjadi kurikulum yang lebih sesuai
dengan tuntutan masyarakat, kemudian dikenal dengan “kurikulum 1984” maka
layanan bimbingan mempunyai fungsi dan peranan yang lebih besar. Untuk menuju
tercapainya pribadi yang berkembang maka kegiatan pendidikan hendaknya bersifat
menyeluruh yang tidak hanya berupa kegiatan instruksional (pengajaran), akan
tetapi meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap anak didik secara pribadi
mendapat layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara optimal.
a. Perkembangan pendidikan
Sebagai suatu proses yang dinamis,pendidikan akan
senantiasa berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan yang
terjadi di lingkungan umumnya. Salah satu ciri dari perkembangan pendidikan
adalah adanya perubahan-perubahan dalam berbagai komponensistem pendidikan
seperti kurikulum, strategi belajar mengajar, alat bantu belajar, dan
sumber-sumber.
b. Peranan guru
9 Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran
dan administratif, seorang guru dapat berperan sebagai :
· Pengambilan inisiatif, pengarah dan
penilai kegiatan-kegiatan pendidikan.
· Wakil masyarakat, yang berarti
dalam lingkungan sekolah guru menjadi suatu masyarakat.
· Orang yang ahli dalam mata pelajaran.
· Penegak disiplin yaitu harus
menjaga agar tercapai suatu disiplin.
· Pelaksana administrasi pendidikan.
· Pemimpin generasi muda.
9 Dilihat dari segi dirinya sendiri
(self oriented), seorang guru harus berperan sebagai :
· Petugas sosial
· Pelajaran dan ilmuwan
· Orang tua
· Pencari teladan
· Pencari keamanan
9 Peranan guru dilihat secara
psikologis, guru dipandang sebagai :
· Ahli psikologi pendidikan
· Seniman dalam hubungan antarmanusia
· Pembentuk kelompok sebagai jalan
atau alat dalam pendidikan
· Catalycagent, yaitu seorang yang
mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan
· Petugas kesehatan mental
c. Guru sebagai direktur belajar
(director of learning)
Sebagai pembimbing dalam belajar, guru diharuskan mampu
untuk :
9 Mengenal dan memahami setiap siswa
baik secara individu maupun kelompok.
9 Memberikan informasi-informasi yang
diperlukan dlam proses belajar.
9 Memberikan kesempatan yang memadai
agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya.
9 Membantu setiap siswa dalam
mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya.
9 Menilai keberhasilan setiap langkah
kegiatan yang telah dilakukan.
3) Latar Belakang Psikologis
a) Masalah Perkembangan Individu
Proses perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik
dari dalam maupun dari luar. Dari dalam dipengaruhi oleh pembawaan dan
kematangan dan dari luar dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Perkembangan dapat
berhasil baik jika faktor-faktor tersebut dapat saling melengkapi.
b) Masalah perbedaan individu
Beberapa segi perbedaan individual yang perlu mendapat perhatian
ialah perbedaan dalam berikut ini :
Ø Kecerdasan
Ø Kecakapan
Ø Hasil belajar
Ø Bakat
Ø Sikap
Ø Kebiasaan
Ø Pengetahuan
Ø Kepribadian
Ø Cita-cita
Ø Kebutuhan
Ø Minat
Ø Pola-pola dan tempo perkembangan
Ø Ciri-ciri jasmaniah
Ø Latar belakang lingkungan
c) Masalah kebutuhan individu
Kebutuhan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu.
Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kebutuhannya.
Pemenuhan kebutuhan ini sifatnya mendasar bagi kelangsungan hidup individu itu
sendiri.
Beberapa diantara kebutuhan-kebutuhan yang harus kita
perhatikan ialah berikut ini :
· Memperoleh kasih sayang
· Memperoleh harga diri
· Untuk memperoleh penghargaan yang
sama
· Ingin dikenal
· Memperoleh prestasi dan posisi
· Untuk dibutuhkan orang lain
· Merasa bagian kelompok
· Rasa aman dan perlindungan diri
· Untuk memperoleh kemerdekaan diri
d) Masalah penyesuaian diri dan
kelainan tingkah laku
Untuk dapat memenuhi kebutuhan ,
individu harus dapat menyesuaikan antara kebutuhan dengan segala kemungkinan
yang ada dalam lingkungan, disebut proses
penyesuaian diri. Individu harus menyesuaikan diri dengan berbagai
lingkungan baik lingkungan sekolah, rumah maupun masyarakat.
Proses penyesuaian diri ini banyak
sekali menimbulkan berbagai masalah terutama bagi diri individu sendiri. Jika
individu dapat berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai dengan lingkungannya dan
tanpa menimbulkan gangguan atau kerugian bagi lingkungannya, hal itu disebut maladjusted atau penyesuaian yang baik.
Sebaliknya, apabila individu gagal dalam proses penyesuaian diri tersebut
disebut maladjusted atau salah suai.
e)
Masalah
belajar
Dalam
perbuatan belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri
maupun bagi pengajar. Beberapa masalah belajar, misalnya bagaimana menciptakan
kondisi yang baik agar perbuatan belajar berhasil, memilih metode dan alat-alat
yang tepat sesuai dengan jenis serta situasi belajar, membuat rencana belajar
bagi siswa, menyesuaikan proses belajar dengan keunikan siswa dan
penilaian hasil belajar, diagnosis
kesulitan belajar.
f)
Kesimpulan
Uraian di atas, menjelaskan bahwa
perlunya layanan bimbingan di sekolah adalah berlatar belakangkan tiga aspek
tersebut. Pertama, adalah aspek lingkungan, khususnya lingkungan sosial kultural,
secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi individu siswa sebagai
subjek didik, dan sekolah sebagai lembaga pendidikan. Aspek kedua, adalah
lembaganya itu sendiri yaitu pendidikan yang mempunyai tanggung jawab untuk
mengembangkan kepribadian subjek didik. Pendidikan yang baik adalah pendidikan
yang dilaksanakan secara tuntas baik dalam proses kegiatannya maupun tindak
dari para pelaksananya, yaitu guru sebagai pendidik. Aspek ketiga, adalah yang
menyangkut segi subjek didik sebagai pribadi yang unik, dinamik, dan
berkembang, memerlukan pendekatan dan bantuan yang khusus melalui layanan
bimbingan.
B.
PENGERTIAN, TUJUAN, FUNGSI, DAN
PRINSIP BIMBINGAN DI SEKOLAH
1)
Pengertian Bimbingan di Sekolah
a)
Bimbingan
merupakan suatu proses yang berkelanjutan
Hal ini mengandung arti bahwa
kegiatan bimbingan bukan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara
kebetulan, insidental, sewaktu-waktu, tidak sengaja atau asal saja, melainkan
suatu kegiatan yang dilakukan dengan sistematis, sengaja, berencana, terus-menerus
dan terarah kepada tujuan.
b)
Bimbingan
merupakan proses membantu individu
Proses bimbingan merupakan kegiatan
yang bersifat kerja sama secara demokratis dan tidak otoriter dari pihak
pembimbing.
c)
Bantuan
yang diberikan ialah kepada individu yang memerlukannya di dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya.
d)
Bantuan
yang diberikan bertujuan agar individu dapat mengembangkan dirinya secara
optimal menjadi pribadi-pribadi yang mandiri.
e)
Mencapai
tujuan bimbingan
f)
Melaksanakan
usaha dengan berbagai media
g)
Pelaksanaan
bimbingan diperlukan personal yang memiliki keahlian
Dari uraian diatas dapat disimpulkan pengertian bimbingan
sebagai berikut :
“Bimbingan
merupakan suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari
pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman
diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai
tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan”.
Kemandirian yang menjadi tujuan
usaha bimbingan ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh
pribadi yang mandiri yaitu :
v Mengenal diri sendiri dan
lingkungannya sebagaimana adanya, meliputi kemampuan pengenalan terhadap
keadaan, potensi, kecendurungan serta kekuatan dan kelemahan diri sendiri seperti
apa adanya.
v Menerima diri sendiri dan
lingkungannya secara positif dan dinamik. Menuntut agar individu yang
bersangkutan bersikap positif dan dinamik terhadap kondisi objektif yang ada di lingkungannya.
v Mengambil keputusan. Menuntut
kemampuan individu untuk menetapkan satu pilihan dari berbagai kemungkinan yang
ada berdasarkan pertimbangan yang matang.
v Mengarahkan diri sendiri. Menuntut
kemampuan individu untuk mencapai dan menempuh jalan agar apa yang menjadi
kepentingan dirinya dapat terselenggarakan secara positif dan dinamik.
v Mewujudkan diri sendiri merupakan
kebulatan dan kemantapan dari perwujudan keseluruhan fungsi-fungsi tersebut
diatas.
2)
Tujuan Bimbingan di Sekolah
a. Tujuan umum
Tujuan umum dari pelayanan bimbingan dan konseling adalah
sama dengan tujuan pendidikan, sebagaimana dinyatakan dalam UU No.2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu terwujudnya manusia Indonesia
seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berbudi
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab, kemasyarakatan
dan kebangsaan.
b. Tujuan khusus
Agar siswa dapat memahami diri sendiri sehingga mampu
mengatasi masalah dan kesulitan yang dialami dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan, baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat selanjutnya
dapat menyalurkan potensi yang dimiliki
baik di dalam pendidikan maupun dunia kerja nantinya.
3)
Fungsi Bimbingan di Sekolah
a. Fungsi pengungkapan
Pembimbing mengadakan pendekatan pada siswa sehingga siswa
yang bermasalah tersebut mau menceritakan atau mengungkapkan masalahnya.
b. Fungsi penyalur
Bentuk kegiatan bimbingan dalam fungsi ini misalnya bantuan
dalam:
Ø Memperoleh jurusan yang tepat
Ø Menyusun program belajar
Ø Pengembangan bakat dan minat
Ø Perencanaan karier
c. Fungsi penyesuaian
Beberapa kegiatan bimbingan dalam fungsi ini, antara lain
sebagai berikut :
v Orientasi terhadap sekolah, untuk
memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai berbagai hal, antara lain kurikulum,
cara belajar, fasilitas, dan ketentuan akademik.
v Kegiatan-kegiatan kelompok untuk
memperoleh penyesuaian sosial yang lebih baik.
v Pengumpulan data siswa untuk
memperoleh pemahaman diri yang lebih baik sebagai penyesuaian diri terhadap
lingkungan.
v Penyuluhan perorangan untuk
mengarahkan siswa demi penyesuaian yang lebih baik terhadap lingkungan.
d. Fungsi pencegahan
Dengan membangkitkan dan menyadarkan siswa akan kekuatan
atau potensi yang dimiliki maka akan mencegah timbulnya hambatan atau gangguan
yang timbul dari dalam maupun dari luar diri siswa.
e. Fungsi pengembangan
Setiap siswa mempunyai potensi yang dapat dan harus
dikembangkan semaksimal mungkin. Sebagai contoh, seorang siswa di kelas suka
mencoret-coret buku pelajarannya dengan bermacam-macam gambar. Dan ternyata
dalam pelajaran kesenian menggambar siswa tersebut mendapat nilai bagus. Maka
untuk mengembangkan potensi tersebut , pembimbing menyarankan siswa mengikuti
sanggar lukis dan mengikutsertakan pada lomba lukis.
f. Fungsi perbaikan
Pada fungsi ini pembimbing bertujuan memberikan bantuan
agar siswa mengadakan perubahan yang sifatnya positif, yaitu memperbaiki dan
sekaligus meningkatkan yang selama ini dianggap kurang baik menjadi lebih baik.
4)
Prinsip-prinsip Bimbingan di
Sekolah
Dalam memberikan layanan bimbingan, pembimbing perlu
memperhatikan prinsip-prinsip berikut :
a.
Prinsip
yang berkenaan dengan sasaran layanan
· Bimbingan diberikan kepada semua
siswa
· Bimbingan berurusan dengan pribadi
dan tingkah laku siswa yang unik dan dinamis
· Pemberian bimbingan memperhatikan
tahap dan perbedaan perkembangan siswa
b.
Prinsip
yang berkenaan dengan permasalahan individu
Ø Pemberian bimbingan yang menyangkut
masalah penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan keluarga, sekolah dalam
kaitannya dengan kontak sosial maupun pekerjaan.
Ø Pemberian bimbingan yang menyangkut
masalah kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan.
c.
Prinsip
yang berkenaan dengan program layanan
v Program bimbingan merupakan bagian
integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu.
v Program bimbingan harus fleksibel,
disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga.
d.
Prinsip
yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan
· Keputusan yang diambil individu
adalah keputusannya sendiri sehingga individu mampu menghadapi permasalahan.
· Adanya kerja sama yang baik antara
guru pembimbing, guru-guru lain dan orangtua.
C.
PROGRAM
BIMBINGAN DI SEKOLAH
1)
Kedudukan Bimbingan dalam Pendidikan
Kegiatan
pendidikan pada umumnya sekurang-kurangnya, meliputi 3 daerah ruang lingkup.
Yaitu :
a. Bidang Instruksional dan kurikuler
Bidang
ini mempunyai tanggung jawab dalam kegiatan pengajaran yang bertujuan untuk
memberi pengetahuan, keterampilan dan sikap.
b.
Bidang
Administratif dan Kepemimpinan
Di
dalam bidang inilah letaknya tanggung jawab dan otoritas proses pendidikan yang
pada umumnya mencakup kegiatan-kegiatan, seperti perencanaan, organisasi,
pembiayaan, pembagian tugas staf personalia, perlengkapan-perlengkapan
(material), dan pengawasan (supervisi).
c.
Bidang Pembinaan
Siswa
Bidang
ini mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan agar siswa memperoleh
kesejahteraan lahir batin dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya
sehingga mencapai tujuan.
2)
Ciri dan Lingkup Program Bimbingan di Sekolah
Program bimbingan yang direncanakan secara baik dan
terperinci memberikan banyak keuntungan, baik bagi siswa yang mendapat
bimbingan maupun bagi petugas yang menyelenggarakan, Program bimbingan semacam
itu :
F Memungkinkan para petugas menghemat waktu, usaha,
biayadengan menghindarkan kesalahan-kesalahan dan usaha coba-coba yang tidak
menguntungkan.
F Memungkinkan siswa untuk mendapat pelayanan
bimbingan secara seimbang dan menyeluruh, baik dalam hal kesempatan ataupun
dalam jenis pelayanan bimbingan yang diperlukannya.
F Memngkinkan setiap petugas mengetahui dan memahami
perannya masing-masing dan mengetahui bagaimana dan di mana mereka harus
melakukan upaya secara tepat.
F Memungkinkan para petugas untuk menghayati
pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuannya sendiri dan untuk kepentingan
para siswa yang dibimbingnya.
a.
Ciri-ciri Program Bimbingan yang Baik
Program
bimbingan yang baik, yaitu program yang apabila dilaksanakan akan efisien dan
efektif, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
ð Program itu disusun dan dikembangkan berdasarkan
kebutuhan nyata dari para siswa sekolah yang bersangkutan.
ð Kegiatan bimbingan diatur menurut skala prioritas
yang juga ditentukan berdasarkan kebutuhan siswa dan kemampuan petugas.
ð Program itu dikembangkan berangsur-angsur melibatkan
semua tenaga pendidikan di sekolah dalam merencanakannya.
ð Program itu memiliki tujuan yang ideal, tetepi
realistik dalam pelaksanaannya.
ð Program itu mencerminkan komunikasi yang
berkesinambungan di antara semua anggota staf pelaksananya.
ð Menyediakan fasilitas yang diperlukan.
ð Penyusunan disesuaikan dengan program pendidikan di
lingkungan sekolah yang bersangkutan.
ð Memberikan kemungkinan pelayanan kepada semua siswa
sekolah yang bersangkutan.
ð Memperlihatkan peranan yang penting dalam
menghubungkan dan memadukan sekolah dengan masyarakat.
ð Berlangsung sejalan dengan proses penilaian diri,
baik mengenai program itu sendiri maupun kemajuan dari siswa yang dibimbing,
serta mengenai kemajuan pengetahuan, keterampilan dan sikap para petugas
pelaksananya.
ð Program itu menjamin keseimbangan dan kesinambungan
pelayanan bimbingan dalam hal berikut ini :
1)
Pelayanan
kelompok dan individual
2)
Pelayanan yang
diberikan oleh berbagai jenis petugas bimbingan.
3)
Penggunaan alat
pengukur yang objektif dan subjektif.
4)
Penelaahan
tentang siswa dan pemberian bimbingan.
5)
Pelayanan yang
diberikan dalam berbagai jenis bimbingan.
6)
Pemberian
bimbingan umum dan khusus.
7)
Pemberikan
bimbingan tentang berbagai program sekolah.
8)
Penggunaan
sumber-sumberdi dalam dan di luar sekolah.
9)
Kesempatan untuk
berpikir, merasakan, dan berbuat.
10) Kebutuhan individu dan kebutuhan masyarakat.
b.
Ruang Lingkup Program Bimbingan di Lingkungan
Sekolah
Dalam
melaksanakan bimbingan di lingkungan sekolah, perlu diperhatikan batas-batas
kemungkinan pelayanan, dalam arti bahwa pelaksanaannya itu tidak terlalu sempit
dan tidak terlalu luas sehingga meliputi hal-hal atau kegiatan-kegiatan yang
tidak perlu, tidak dapat atau tidak boleh dilakukan oleh petugas bimbingan di
sekolah.
3)
Keterampilan Layanan Bimbingan dengan Proses
Belajar-Mengajar
Keterpaduan layanan
bimbingan dengan Program Belajar-Mengajar di sini adalah guru menyampaikan
materi pelajaran di depan kelas, memberikan layanan bimbingan bagi siswa yang
dirasa bermasalah atau untuk mencegah agar siswa tidak mengalami masalah.
Perilaku siswa yang
merupakan indikasi penyimpangan di kalangan anak-anak, misalnya malas ke
sekolah, mengganggu siswa lain yang sedang belajar, membuat keributan,
menyontek pada waktu ulangan, pulang sebelum waktu belajar berakhir, bertindak
agresif, dan suka memukul. Tindakan-tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai
perilaku tidak disiplin. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor inernal
maupun faktor eksternal.
Faktor internal adalah
faktor yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri. Penyebab dari faktor
ini di antaranya karena adanya kebutuhan yang tidak terpuaskan, kurang cerdas,
terlalu dimanjakan oleh orang tua, dan kelebihan energi.
Adapun faktor eksternal
adalah yang bersumber pada pengaruh luar, seperti pelajaran yang sulit
dipahami, cara guru mengajar kurang efektif, sikap guru yang keras, bahasa guru
sulit ditangkap, suara guru tidak jelas, lingkungan belajar tidak nyaman, dan
alat belajar tidak lengkap. Faktor-faktor tersebut dapat merugikan beberapa
pihak, bagi siswa mengakibatkan perkembangan pribadi kurang baik.
Adapun faktor-faktor psikologis dalam
transaksi belajar-mengajar di antaranya berdasarkan atas berikut ini :
a.
Penerimaan guru
terhadap siswa karena percaya diri dan mengakui keterbatasan siswanya.
b.
Rasa aman yang
didasari oleh rasa disenangi dan diterima oleh guru.
c.
Perbedaan
individual antara siswa dan cara guru- memberikan pelayanannya.
d.
Guru bertindak
melalui cara-cara yang demokratis di kelas.
e.
Sikap bersahabat
antara guru-siswa yang dilandasi oleh rasa kasih sayang yang murni (Oemar
Hamalih, 1992,115)
Faktor-faktor tersebut yang diharapkan dapat
diterapkan guru dalam melaksanakan proses Belajar-Mengajar di kelas sehingga
siswa diharapkan memperoleh maateri pelajaran dan sekaligus bimbingan
semaksimal mungkin.
Bimbingan mempunyai ciri-ciri berikut ini :
a.
Berupa suatu
proses yang berkesinambungan dan sistematis.
b.
Bantuan bukan
berupa paksaan
c.
Diberikan kepada
setiap individu.
d.
Bertujuan agar
individu berkembang optimal dalam mencapai pribadi mandiri.
e.
Menggunakan
pendekatan pribadi dengan berbagai teknik dan media.
f.
Dilakukan dalam
suasana asuhan dan normatif.
g.
Dilaksanakan
secara profesional.
Bimbingan
menempati bidang ketiga, yaitu bidang pelayanan dan pembinaan siswa, dengan
menggunakan pendekatan pribadi.
Langganan:
Postingan (Atom)