A. KONSEP DASAR LIFE SKILLS
Dalam memasuki abad
ke-21, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan yang besar; Pertama,
sebagai akibat krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut untuk dapat
mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai. Kedua, untuk mengantisipasi era globalisasi, dunia pendidikan
dituntut untuk mempersiapkan SDM yang kompeten agar mampu bersaing dengan pasar
kerja global. Ketiga, sejalan dengan
diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan dan penyesuaian
sistem pendidikan nasional sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang
lebih demokrtis, memperhatikan keragaman kebutuhan/keadaan daerah dan peserta
didik, serta mendorong partisipasi masyarakat.
Menurut
Broling (1989) “ life skills “ adalah interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan
yang sangat penting dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat hidup
mandiri. Menurut Kent Davis (2000:1)
kecakapan hidup adalah “ manual pribadi “ bagi tubuh seseorang. Kecakapan ini
membantu peserta didik belajar bagaimana memelihara tubuhnya, tumbuh menjadi
dirinya, bekerja sama secara baik dengan
orang lain, membuat keputusan yang logis, melindungi dirinya sendiri dan
mencapai tujuan di dalam kehidupannya.
Kecakapan hidup dipilah
menjadi empat jenis, yakni :
1.
Kecakapan
personal (personal skills) yang
mencakup kecakapan mengenal diri (self
awareness) dan kecakapan berpikir rasional (thinking skills);
2.
Kecakapan
sosial (social skills);
3.
Kecakapan
akademik ( academic skills)
4.
Kecakapan
vokasional (vocational skills)
Kecakapan mengenal pada
dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa, anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikan sebagai modal dalam
meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan
lingkungannya. Kecakapan berpikir rasional mencakup :
&
kecakapan
menggali dan menemukan informasi (informating
searching),
&
kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusasn (informating processing and decision making
skills),
&
kecakapan memecahkan masalah serta kreatif (creative problem solving skills).
Kecakapan sosial
mencakup atau kecakapan interpersonal (interpersonal skills) antara lain
kecakapan komunikasi dengan empati(communication skills) dan kecakapan bekerjasama (colaboration skills). Dua kecakapan
hidup diatas biasanya disebut sebagai kecakapan hidup bersifat umum atau
general ( general life skills).
Kecakapan hidup yang
bersifat spesifik (spesifik life skills)
diperlukan seseorang untuk menghadapi problema bidang khusus tertentu. Untuk mengatasi problema” komputer yang rusak” bentuk
diperlukan kecakapan khusus tentang komputer.
Kecakapan akademik (academic skills) yang sering kali juga
disebut kemampuan berpikir ilmiah pada dasarnya merupakan pengembangan dari
kecakapan berpikir rasional pada GLS. Kecakapan akademik lebih menjurus kepada
kegiatan yang bersifat akademik atau keilmuan.
Kecakapan vokasional (vokasioanal skills) sering kali disebut
dengan kecakapan kejuruan. Artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang
pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat.
Sondra Stein (2000) mengemukakan bahwa terdapat
empat kategori standar yang perlu dipersiapkan dimasa yang akan datang tentang
kecakapan bagi orang dewasa, yakni:
1.
Mendapatkan informasi dan ide-ide,
2.
Mengkomunikasikan dengan penuh percaya diri pesannya dan dapat
dimengerti oleh orang lain.
3.
Membuat keputusan yang didasarkan pada informasi yang solid dan mampu menganalisis dan dapat menentukan secara hati-hati,
4.
Selalu belajar agar tidak ketinggalan.
Secara skematis, life skills digambarkan sebagai berikut :
Kecakapan Hidup General (GLS)
|
Kecakapan Hidup Spesifik
|
Kecakapan Personal
|
Kecakapan Hidup (LS)
|
Kecakapan Sosial
|
Kecakapan Akademik
|
Kecakapan Vokasional
|
Orientasi muatan life skills memaksa setiap pendidik
merancang pembelajaran agar terjadi hubungan antara kehidupan nyata, kecakapan
hidup dengan mata pelajaran. Kecakapan hidup yang diperlukan pada saat sesorang
memasuki kehidupan sebagai individu yang mandiri, anggota masyarakat, dan warga
negara. Kompetensi yang dicapai pada mata pelajaran/diklat hanyalah kompetensi
antara untuk mewujudkan kemampuan nyata yang di inginkan, yaitu kecakapan
hidup.
F
PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (Broad Based
Education,
Life Skills/BBELS)
Bangsa Indonesia sedang
menghadapi berbagai masalah sosial, ekonomi, budaya, dan keamanan, terutama
masalah pengangguran setelah menamatkan studi, pertikaian, dan krisis moral.
Bertitik tolak dari masalah tersebut maka Depdiknas
mengambil kebijakan perlunya penekanan pendidikan yang berorientasi pada
kecakapan hidup, dengan basis sumber inspirasi dan tuntutan kecakapan hidup
yang dibutuhkan masyarakat yang sangat
beragam dan luas. Oleh karena itu pendidikan ini disebut pendidikan berbasis
luas (broad based education).
B. JENIS-JENIS
LIFE SKILLS
Berikut
ini adalah pendapat beberapa ahli tentang jenis-jenis life skills :
1.
Broling
Pendapat
Broling (1989) dalam pedoman penyelenggaraan program kecakapan hidup pendidikan
non formal mengelompokkan life skills
menjadi tiga kelompok, yaitu :
&
kecakapan
hidup sehari-hari (daily living skills),
antara lain meliputi : pengelolaan kebutuhan pribadi, pengelolaan keuangan
pribadi, pengelolaan rumah pribadi, kesadaran kesehatan, kesadaraan keamanan,
pengelolaan makanan-gizi, pengelolaan pakaian, kesadaran pribadi sebagai warga negara, pengelolaan waktu
luang, rekreasi, dan kesadaran lingkungan.
&
Kecakapan
hidup sosial/pribadi (personal/social
skill), antara lain meliputi : kesadaran diri (minat, bakat, sikap,
kecakapan), percaya diri, komunikasi dengan orang lain.
&
Kecakapan
hidup bekerja (occupational skill), meliputi: kecakapan memilih pekerjaan,
perencanaan kerja dan persiapan keterampilan kerja.
2.
World Health Organization (WHO)
WHO
(1997) memberikan pengertian bahwa kecakapan hidup adalah berbagai
keterampilan/kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi
berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif. WHO
mengelompokkan kecakapan hidup kedalam lima kelompok, yaitu :
a)
kecakapan
mengenal diri (self awareness) atau
kecakapan pribadi (personal skills),
b)
kecakapan
sosial (social skills),
c)
kecakapan
berpikir (thinking skills),
d)
kecakapan
akademik (academic skills), dan
e)
kecakapan
kejuruan (vokasional skills).
3.
Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda
Ditjen PLSP
mengelompokkan life skills secara operasioanal kedalam empat
jenis, yaitu:
a)
Kecakapan
pribadi (personal skills) yang
mencakup kecakapan mengenal diri sendiri, kecakapan berpiki rasioanal, dan
percaya diri;
b)
Kecakapan
sosial (sosial skills), seperti
kecakapan melakukan kerja sama, bertenggang rasa, dan tanggung jawab sosial;
c)
Kecakapan
akademik (academic skills) seperti
kecakapan dalam berpikir ilmiah, melakukan penelitian, dan percobaan-percobaan
dengan pendekatan ilmiah;
d)
Kecakapan
vokasioanl (vocational skills) adalah
kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat
dimasyarakat, seperti dibidang jasa (perbengkelan, jahit menjahit dan produksi
barang tertentu ).
4. Direktorat
Kepemudaan
Direktorat
Kepemudaan mengelompokkan life skills ke dalam 3 kelompok, yaitu:
a)
Kecakapan personal
1)
Berpikir rasional
F
Menggali/menemukan
info
F
Mengolah
info
F
Mengambil
keputusan
F
Memecahkan
masalah secara efektif
2)
Akademik
§
Identifikasi
variabel
§
Menjelaskan
hubungan variabel dengan gejala
§
Merumuskan
hipotesis
§
Merancang
penelitian
§
Melaksanakan
penelitian
b)
Kecakapan
sosial
&
Komunikasi
&
Kerjasama
&
Membuat harmonisasi
c)
Kecakapan
vokasional
§
Kejuruan
§
Kehidupan
sehari-hari
§
Kerja
5. Satori
Satori (2002) mencoba
menyajikan suatu model hubungan antara life skills, employebility skills,
vocational skills, dan spesific occupational skills. Konsep life skills telah
di uraikan di atas. Istilah employebility skills, mengacu pada serangkaian
keterampilan yang mendukung seseorang untuk menunaikan pekerjaannya supaya
berhasil. Employebility skills meliputi tiga keterampilan utama, yaitu:
a.
Keterampilan
dasar
&
Keterampilan
berkomunikasi lisan
&
Membaca
(mengerti dan dapat mengikuti alur berpikir)
&
Penguasaan
dasar-dasar berpikir
&
Keterampilan
menulis
b.
Keterampilan
berpikir tingkat tinggi
v
Keterampilan
pemecahan masalah
v
Keterampilan
belajar
v
Keterampilan
berpikir inovatif dan kreatif
v
Keterampilan
membuat keputusan
c.
Karakter
dan keterampilan afektif
Ø
Tanggung
jawab
Ø
Sikap
positif terhadap pekerjaan
Ø
Jujur,
hati-hati, teliti, dan efisien
Ø
Hubungan
antar pribadi, kerja sama dan bekerja dalam tim
Ø
Percaya
diri dan memiliki sikap positif terhadap diri sendiri
Ø
Penyesuaian
diri dan fleksibel
Ø
Penuh
antusias dan motivasi
Ø
Disiplin
dan penguasaan diri
Ø
Berdandan
dan berpenampilan menarik
Ø
Memiliki
integritas pribadi
Ø
Mampu
bekerja mandiri tanpa pengawasan orang lain
6.
Slameto
Slameto (2002) membagi life
skills menjadi dua bagian yaitu : kecakapan dasar dan kecakapan
instrumental. Life skills yang
bersifat dasar adalah kecakapan universal dan
berlaku sepanjang zaman, tidak tergantung pada perubahan waktu dan ruang yang
merupakan pondasi bagi peserta didikbaik dijalur pendidikan persekolahan maupun
pendidikan nonformal agar bisa mengembangkan keterampilan yang bersifat
universal. Life skills yang bersifat
instrumenstal adalah kecakapan yang bersifat relatif, kondisional, dan dapat
berubah-ubah sesuai dengan perubahan
ruang, waktu, situasi, dan harus diperbarui secara terus menerus sesuai dengan
derap perubahan.
Slameto membagi kecakapan dasar atas delapan kelompok, yaitu:
a)
Kecakapan belajar terus-menerus
b)
Kecakapan
membaca, menulis, dan menghitung
c)
Kecakapan
berkomunikasi : lisan, tulisan,tergambar dan mendengar
d)
Kecakapan
berpikir
e)
Kecakapan
qalbu : iman (spiritual), rasa dan emosi
f)
Kecakapan
mengelola kesehatan badan
g)
Kecakapan merumuskan keinginan dan uvaya-uvaya untuk
mencapainya
h)
Kecakapan berkeluarga dan sosial
Kecakapan
instrumenstal dibagi lagi menjadi sepuluh kecakapan, sebagai berikut:
1.
Kecakapan
memanfaatkan teknologi dalam kehidupan
2.
Kecakapan
mengelola sumber daya
3.
Kecakapan
bekerja sama dengan orang lain
4.
Kecakapan
memanfaatkan informasi
5.
Kecakapan
menggunakan sistem dalam kehidupan
6.
Kecakapan
berwirausaha
7.
Kecakapan
kejuruan, termasuk olahraga dan seni (cita rasa)
8.
Kecakapan
memilih, menyiapkan dan mengembangkan karir
9.
Kecakapan
menjaga harmoni dengan lingkungan
10. Kecakapan menyatukan bangsa bedasarkan nilai-nilai pancasila
C. PENDEKATAN
DAN STRATEGI PENGEMBANGAN MUATANLIFE SKILLS PADA PEMBELAJARAN BERWAWASAN
KEMASYARAKATAN
1.
PENDEKATAN PENGEMBANGAN MUATAN LIFE SKILLS PADA
PEMBELAJARAN
Pemuatan life skills
pada setiap pembelajaran yang berwawasan kemasyarakatan akan selalu menggunakan
prinsip-prinsip pendekatan broad based
education (pendidikan berbasis luas).
Pendidikan berbasis luas merupakan suatu pendekatan yang
memiliki karakteristik bahwa proses pendidikan bersumber pada nilai-nilai hidup
yang berkembang secara luas dimasyarakat. Wardiman (1998) menyebutkan
pendidikan berbasis luas merupakan sistem baru yang berwawasan keunggulan,
menganut prinsip tidak mungkin membentuk sumber daya manusia yang berkualitas
dan memiliki keunggulan, kalau tidak diawali dengan pembentukan pondasi yang
kuat.
1.
Landasan Konsep Pendidikan Berbasis Luas
a)
Filosofi
Pendidikan
berlangsung seumur hidup dan dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
b)
Sosial
Budaya
&
Nilai
sosial dan budaya digali, dibina, dan dikembangkan melalui proses pendidikan.
&
Menata
masyarakat melalui pendidikan berdasarkan fungsi-fungsi budaya yang universal dengan
orientasi pada budaya lokal yang berkembang ke arah budaya nasional dan global.
&
Proses
revitalisasi potensi untuk membangkitkan kesadaran, pengertian dan kepekaan
peserta didik terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan atau politik.
c)
Psikologis
F Proses pendidkan diarahkan untuk mengoptimalkan karakteristik
potensi yang dimiliki seseorang sehingga menuntut adanya lingkungan yang
kondusif bagi kebutuhan belajarnya.
F
Manusia
dalam kehidupannya memerlukan hubungan dengan lainnya sehingga membutuhkan
berbagai nilai-nilai yang berkembang secara luas untuk kepentingan kelangsungan
hidupnya.
2.
Beberapa
aspek yang perlu diperhatikan dalam program keterampilan hidup
dengan
pendekatan
pendidikan berbasis luas.
a.
Adanya
penyempurnaan kurikulum dari program pendidikan yang berbasis sempit (narrow based curriculum) menjadi
berbasis mendasar, kuat dan luas (broad
based curriculum).
b.
Pelaksanaan
evaluasi difokuskan kepada kompetensi warga belajar yang mengikuti kegiatan
pembelajaran.
c.
Metode
pembelajaran variatif menerapkan prinsip reinforcement.
d.
Peningkatan
mutu dan pembentukan kenggulan sebagai bekal menghadapi berbagai perubahan yang
berkembang semakin cepat.
e.
Membuka
wawasan dan pola pikir, sikap mental warga masyarakat sehingga mampu
mengoptimalkan potensi yang ada, berubah tantangan menjadi peluang bagi
kehidupannya.
f.
Membentuk
dan meningkatkan mutu tim fasilitasi terhadap pelaksanaan program keterampilan
hidup guna memantau dan memberikan supervisi terhadap program sehingga mencapai
tujuan yang diharapkan.
g.
Memfasilitasi
berbagai bentuk kegiatan dalam rangka mendukung program ketermpilan hidup.
h.
Mengoptimalkan
peran lembaga/masyarakat untuk melaksanakan dan mengembangkan program
keterampilan hidup, sesuai dengan karakteristik dan potensi daerah/lokal.
i.
Meningkatkan
kerja sama dengan unit kerja terkait, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat
dan sebagainya dalam mendukug pelaksanaan program keterampilan hidup.
Upaya peningkatan mutu SDM melalui aktualisasi sistem broad based education telah dicanangkan
melalui ketetapan MPR (1999) berkenaan dengan pendidikan mengamanatkan sebagai
berikut:
a.
Mengupayakan
perluasan dan pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan yang bermutinggi bagi seluruh rakyat Indonesia.
b.
Meningkatkan
kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan
tenaga kependidikan.
c.
Melakukan
pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaruan kurikulum untuk melayani
keberagaman peserta didik.
Pendidikan berdasarkan sistem broad based education ialah
konsep pendidikan yang memacu pada life
skills. Tujuan utamanya adalah untuk mengakomodasi kebututuan pendidikan
masayarakat dalam rangka memperoleh pekerjaan yang layak sesuai dengan standar
hidup, bagi pendidikan formal adalah memberikan bekal keterampilan dasar bagi
mereka yang tidak dapat melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
Life
skills adalah broad based educatation atau pendekatan
pendidikan berbasis luas. Pendidikan berbasis luas merupakan suatu pendekatan
yang memiliki karakteristik bahwa proses pendidikan bersumber pada nilai-nilai
hidup yang berkembang secara luas di
masyarakat. Wardiman (1998) menyebutkan pendidikan berbasis luas merupakan
sistem baru yang berwawasan SDM, berwawasan keunggulan, menganut prinsip tidak
mungkin membentuk SDM yang berkualitas dan memiliki keunggulan, kalau tidak
diawali dengan pembentukan dasar yang kuat.
2. STRATEGI PENGEMBANGAN MUATAN LIFE SKILLS PADA
PEMBELAJARAN
1.
Strategi renung-Latih-Telaah (RLT)
Strategi
RLT yang berarti perenungan, pelatihan atau pembiasaan dan penelaahan
dikemukakan oleh Marwah Daud Ibrahim. Menurutnya pendidikan yang berorientasi
life skills perlu dilaksanakan dengan strategi perenungan hakikat dan makna
hidup/diri, pelatihan/pembiasaan tentang bagaimana mengelola (manajemen) hidup,
dan penelaahan kisah sukses tokoh-tokoh sukses.
Life skills merupakan kombinasi antara:
a.
Perenungan
tentang hakikat dan makna keberadaan kita sebagai manusia, makhluk tersempurna
dari seluruh ciptaan Tuhan ;
b.
Pelatihan
dan pembiasaan praktis untuk mengelola hidup dan merencanakann masa depan agar
hidup lebih bermakna dan bermanfaat ;
c.
Cuplikan
kisah sukses beberapa tokoh nasional dan tokoh dunia untuk menjadi sumber
inspirasi dan motivasi.
2. Strategi
Learner centred
Strategi ini dikembangkan oleh Direktorat Kepemudaan dengan
mengadopsi statregi pendidikan masyarakat, yang bercirikan bahwa pendidikan
life skills diselenggarakan dengan prinsip :
a.
Pengembangan
kecakapan berdasarkan minat dan kebutuhan individu dan/ atau kelompok sasaran.
b.
Pengembangan
kecakapan terkait dengan karakteristik potensi wilayah setempat (sumber daya
alam dan potensi sosial budaya).
c.
Pengembangan
kecakapan dilakukan secara nyata sebagai dasar sektor usaha kecil atau industri
rumah tangga.
d.
Pengembangan
kecakapan berdasar pada peningkatan kompetensi keterampilan peserta didik untuk
berusaha dan bekerja sehingga tidak terlalu teoritik namun lebih bersifat
aplikatif opersional.
3. Strategi
kurikulum berbasis kompetensi
Kurikulum disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan
secara nasional. Mutu pendidikan yang tinggi diperlukan untuk menciptakan
kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, berdemokrasi, dan mampu bersaing sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga negara Indonesia. Penyempurnaan
kurikulum dilakukan secara responsif terhadap penerapan hak asasi manusia,
kehidupan berdemokrasi, globalisasi, dan otonomi daerah.
Dalam konteks desentralisasi dan seiring dengan perwujudan
pemerataan hasil pendidikan bermutu diperlukan kurikulum nasional yang memuat
kompetensi umum lulusan yang dapat dipertanggungjawabkan dalam konteks lokal,
nasional , dan global.
Dilain pihak, satu hal yang tidak bisa dipisahkan dalam hal
pendidikan adalah pendidik yaitu guru. Guru berperan dalam memfasilitasi
perkembangan peserta didik. Guru sebagai pelaku utama dalam implementasi
program pendidikan disekolah memiliki peranan yang sangat strategis dalam
mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Dalam hal ini, guru dipandang
sebagai faktor determinan terhadap pencapaian mutu prestasi belajar siswa.
Mengingat perananya yang begitu penting, maka guru dituntut
untuk memiliki pemahaman dan kemampuan secara komprehensif tentang kompetensinya sebagai pendidik.
Kompetensi pendidik (guru) itu meliputi: kinerja (performance), penguasaan landasan
profesional/akademik, penguasaan materi akademik, penguasaan
keterampilan/proses kerja, penguasaan penyesuaian interaksional, dan
kepribadian (Rochaman N. 2003)
4. Strategi
Penguatan Pendidikan Ekstrakurikuler
Pendidikan ekstrakurikuler merupakan kegiatan belajar yang
dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau luar
sekolah untuk lebih memperluas wawasan atau kemampuan.
2 komentar:
TERIMAKASIH, sangat membantu,,,
saya sangat berterimakasih atas ilmu yang sudah saya dapatkan ini sangat bermanfaat bagi saya dan tentu untuk semua orang. :)
Posting Komentar