Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 02 April 2013

MUATAN LIFE SKILLS DALAM PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN


A.     KONSEP DASAR LIFE SKILLS
Dalam memasuki abad ke-21, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan yang  besar; Pertama, sebagai akibat krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan  yang telah dicapai. Kedua, untuk mengantisipasi era globalisasi, dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan SDM yang kompeten agar mampu bersaing dengan pasar kerja global. Ketiga, sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokrtis, memperhatikan keragaman kebutuhan/keadaan daerah dan peserta didik, serta mendorong partisipasi masyarakat.
Menurut Broling (1989) “ life skills “ adalah interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat hidup mandiri. Menurut Kent Davis (2000:1) kecakapan hidup adalah “ manual pribadi “ bagi tubuh seseorang. Kecakapan ini membantu peserta didik belajar bagaimana memelihara tubuhnya, tumbuh menjadi dirinya, bekerja sama secara baik dengan orang lain, membuat keputusan yang logis, melindungi dirinya sendiri dan mencapai tujuan di dalam kehidupannya.

Kecakapan hidup dipilah menjadi empat jenis,  yakni :
1.      Kecakapan personal (personal skills) yang mencakup kecakapan mengenal diri (self awareness) dan kecakapan berpikir rasional (thinking skills);
2.      Kecakapan sosial (social skills);
3.      Kecakapan akademik ( academic skills)
4.      Kecakapan vokasional (vocational skills)

Kecakapan mengenal pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikan sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Kecakapan berpikir rasional mencakup :
&  kecakapan menggali dan menemukan informasi (informating searching),
&  kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusasn (informating processing and decision making skills),
&  kecakapan memecahkan masalah serta kreatif (creative problem solving skills).
Kecakapan sosial mencakup  atau kecakapan interpersonal (interpersonal skills) antara lain kecakapan komunikasi dengan empati(communication skills) dan kecakapan bekerjasama (colaboration skills). Dua kecakapan hidup diatas biasanya disebut sebagai kecakapan hidup bersifat umum atau general ( general life skills).
Kecakapan hidup yang bersifat spesifik (spesifik life skills) diperlukan seseorang untuk menghadapi problema bidang khusus tertentu. Untuk mengatasi problema” komputer yang rusak” bentuk diperlukan kecakapan khusus tentang komputer.
Kecakapan akademik (academic skills) yang sering kali juga disebut kemampuan berpikir ilmiah pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berpikir rasional pada GLS. Kecakapan akademik lebih menjurus kepada kegiatan yang bersifat akademik atau keilmuan.
Kecakapan vokasional (vokasioanal skills) sering kali disebut dengan kecakapan kejuruan. Artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat.
Sondra Stein (2000) mengemukakan bahwa terdapat empat kategori standar yang perlu dipersiapkan dimasa yang akan datang tentang kecakapan bagi orang dewasa, yakni:
1.      Mendapatkan informasi dan ide-ide,
2.      Mengkomunikasikan dengan penuh percaya diri pesannya dan dapat dimengerti oleh orang lain.
3.      Membuat keputusan yang didasarkan pada informasi yang solid dan mampu menganalisis dan dapat menentukan secara hati-hati,
4.      Selalu belajar agar tidak ketinggalan.





Secara skematis, life skills digambarkan sebagai berikut :


Kecakapan Hidup General (GLS)
Kecakapan Hidup Spesifik
Kecakapan Personal
Kecakapan Hidup (LS)
Kecakapan Sosial
Kecakapan Akademik
Kecakapan Vokasional
Orientasi muatan life skills memaksa setiap pendidik merancang pembelajaran agar terjadi hubungan antara kehidupan nyata, kecakapan hidup dengan mata pelajaran. Kecakapan hidup yang diperlukan pada saat sesorang memasuki kehidupan sebagai individu yang mandiri, anggota masyarakat, dan warga negara. Kompetensi yang dicapai pada mata pelajaran/diklat hanyalah kompetensi antara untuk mewujudkan kemampuan nyata yang di inginkan, yaitu kecakapan hidup.

F PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (Broad Based
    Education, Life Skills/BBELS)
Bangsa Indonesia sedang menghadapi berbagai masalah sosial, ekonomi, budaya, dan keamanan, terutama masalah pengangguran setelah menamatkan studi, pertikaian, dan krisis moral. Bertitik tolak dari masalah tersebut maka Depdiknas mengambil kebijakan perlunya penekanan pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup, dengan basis sumber inspirasi dan tuntutan kecakapan hidup yang dibutuhkan masyarakat yang sangat beragam dan luas. Oleh karena itu pendidikan ini disebut pendidikan berbasis luas (broad based education).



B.  JENIS-JENIS LIFE SKILLS
Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli tentang jenis-jenis life skills :
1.        Broling
Pendapat Broling (1989) dalam pedoman penyelenggaraan program kecakapan hidup pendidikan non formal mengelompokkan life skills menjadi tiga kelompok, yaitu :
& kecakapan hidup sehari-hari (daily living skills), antara lain meliputi : pengelolaan kebutuhan pribadi, pengelolaan keuangan pribadi, pengelolaan rumah pribadi, kesadaran kesehatan, kesadaraan keamanan, pengelolaan makanan-gizi, pengelolaan pakaian, kesadaran pribadi  sebagai warga negara, pengelolaan waktu luang, rekreasi, dan kesadaran lingkungan.
& Kecakapan hidup sosial/pribadi (personal/social skill), antara lain meliputi : kesadaran diri (minat, bakat, sikap, kecakapan), percaya diri, komunikasi dengan orang lain.
& Kecakapan hidup bekerja (occupational skill), meliputi: kecakapan memilih pekerjaan, perencanaan kerja dan persiapan keterampilan kerja.
2.        World Health Organization (WHO)
WHO (1997) memberikan pengertian bahwa kecakapan hidup adalah berbagai keterampilan/kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif. WHO mengelompokkan kecakapan hidup kedalam lima kelompok, yaitu :
a)         kecakapan mengenal diri (self awareness) atau kecakapan pribadi (personal      skills),
b)         kecakapan sosial (social skills),
c)         kecakapan berpikir (thinking skills),
d)        kecakapan akademik (academic skills), dan
e)         kecakapan kejuruan (vokasional skills).
3.        Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda
Ditjen PLSP mengelompokkan life skills secara operasioanal kedalam empat jenis, yaitu:
a)      Kecakapan pribadi (personal skills) yang mencakup kecakapan mengenal diri sendiri, kecakapan berpiki rasioanal, dan percaya diri;
b)      Kecakapan sosial (sosial skills), seperti kecakapan melakukan kerja sama, bertenggang rasa, dan tanggung jawab sosial;
c)      Kecakapan akademik (academic skills) seperti kecakapan dalam berpikir ilmiah, melakukan penelitian, dan percobaan-percobaan dengan pendekatan ilmiah;
d)     Kecakapan vokasioanl (vocational skills) adalah kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat dimasyarakat, seperti dibidang jasa (perbengkelan, jahit menjahit dan produksi barang tertentu ).
4.      Direktorat Kepemudaan
Direktorat Kepemudaan mengelompokkan life skills ke dalam 3 kelompok, yaitu:
a)         Kecakapan  personal
1)   Berpikir  rasional
F Menggali/menemukan info
F Mengolah info
F Mengambil keputusan
F Memecahkan masalah secara efektif
2)   Akademik
§  Identifikasi variabel
§  Menjelaskan hubungan variabel dengan gejala
§  Merumuskan hipotesis
§  Merancang penelitian
§  Melaksanakan penelitian
b)         Kecakapan  sosial
& Komunikasi
& Kerjasama
& Membuat  harmonisasi
c)         Kecakapan vokasional
§  Kejuruan
§  Kehidupan sehari-hari
§  Kerja
5.      Satori
Satori (2002) mencoba menyajikan suatu model hubungan antara life skills, employebility skills, vocational skills, dan spesific occupational skills. Konsep life skills telah di uraikan di atas. Istilah employebility skills, mengacu pada serangkaian keterampilan yang mendukung seseorang untuk menunaikan pekerjaannya supaya berhasil. Employebility skills meliputi tiga keterampilan utama, yaitu:
a.          Keterampilan dasar
& Keterampilan berkomunikasi lisan
& Membaca (mengerti dan dapat mengikuti alur berpikir)
& Penguasaan dasar-dasar berpikir
& Keterampilan menulis
b.         Keterampilan berpikir tingkat tinggi
v  Keterampilan pemecahan masalah
v  Keterampilan belajar
v  Keterampilan berpikir inovatif dan kreatif
v  Keterampilan membuat keputusan
c.         Karakter dan keterampilan afektif
Ø  Tanggung jawab
Ø  Sikap positif terhadap pekerjaan
Ø  Jujur, hati-hati, teliti, dan efisien
Ø  Hubungan antar pribadi, kerja sama dan bekerja dalam tim
Ø  Percaya diri dan memiliki sikap positif terhadap diri sendiri
Ø  Penyesuaian diri dan fleksibel
Ø  Penuh antusias dan motivasi
Ø  Disiplin dan penguasaan diri
Ø  Berdandan dan berpenampilan menarik
Ø  Memiliki integritas pribadi
Ø  Mampu bekerja mandiri tanpa pengawasan orang lain

6.        Slameto
Slameto (2002) membagi life skills menjadi dua bagian yaitu : kecakapan dasar dan kecakapan instrumental. Life skills yang bersifat dasar adalah kecakapan universal dan berlaku sepanjang zaman, tidak tergantung pada perubahan waktu dan ruang yang merupakan pondasi bagi peserta didikbaik dijalur pendidikan persekolahan maupun pendidikan nonformal agar bisa mengembangkan keterampilan yang bersifat universal. Life skills yang bersifat instrumenstal adalah kecakapan yang bersifat relatif, kondisional, dan dapat berubah-ubah  sesuai dengan perubahan ruang, waktu, situasi, dan harus diperbarui secara terus menerus sesuai dengan derap perubahan.
Slameto membagi kecakapan dasar atas delapan kelompok, yaitu:
a)      Kecakapan belajar terus-menerus
b)      Kecakapan membaca, menulis, dan menghitung
c)      Kecakapan berkomunikasi : lisan, tulisan,tergambar dan mendengar
d)     Kecakapan berpikir
e)      Kecakapan qalbu : iman (spiritual), rasa dan emosi
f)       Kecakapan mengelola kesehatan badan
g)      Kecakapan  merumuskan keinginan dan uvaya-uvaya untuk mencapainya
h)      Kecakapan berkeluarga dan sosial
Kecakapan instrumenstal dibagi lagi menjadi sepuluh kecakapan, sebagai berikut:
1.      Kecakapan memanfaatkan teknologi dalam kehidupan
2.      Kecakapan mengelola sumber daya
3.      Kecakapan bekerja sama dengan orang lain
4.      Kecakapan memanfaatkan informasi
5.      Kecakapan menggunakan sistem dalam kehidupan
6.      Kecakapan berwirausaha
7.      Kecakapan kejuruan, termasuk olahraga dan seni (cita rasa)
8.      Kecakapan memilih, menyiapkan dan mengembangkan karir
9.      Kecakapan menjaga harmoni dengan lingkungan
10.  Kecakapan menyatukan bangsa bedasarkan nilai-nilai pancasila



            



C.    PENDEKATAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN MUATANLIFE SKILLS PADA PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN

1.      PENDEKATAN PENGEMBANGAN MUATAN LIFE SKILLS PADA
PEMBELAJARAN
Pemuatan life skills pada setiap pembelajaran yang berwawasan kemasyarakatan akan selalu menggunakan prinsip-prinsip pendekatan broad based education (pendidikan berbasis luas).
Pendidikan berbasis luas merupakan suatu pendekatan yang memiliki karakteristik bahwa proses pendidikan bersumber pada nilai-nilai hidup yang berkembang secara luas dimasyarakat. Wardiman (1998) menyebutkan pendidikan berbasis luas merupakan sistem baru yang berwawasan keunggulan, menganut prinsip tidak mungkin membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan, kalau tidak diawali dengan pembentukan pondasi yang kuat.

1. Landasan Konsep Pendidikan Berbasis Luas
a)      Filosofi
Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
b)      Sosial Budaya
& Nilai sosial dan budaya digali, dibina, dan dikembangkan melalui proses pendidikan.
& Menata masyarakat melalui pendidikan berdasarkan fungsi-fungsi budaya yang universal dengan orientasi pada budaya lokal yang berkembang ke arah budaya nasional dan global.
& Proses revitalisasi potensi untuk membangkitkan kesadaran, pengertian dan kepekaan peserta didik terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan atau politik.
c)    Psikologis
F Proses pendidkan diarahkan untuk mengoptimalkan karakteristik potensi yang dimiliki seseorang sehingga menuntut adanya lingkungan yang kondusif  bagi kebutuhan belajarnya.
F Manusia dalam kehidupannya memerlukan hubungan dengan lainnya sehingga membutuhkan berbagai nilai-nilai yang berkembang secara luas untuk kepentingan kelangsungan hidupnya.
2.     Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam program keterampilan hidup dengan
pendekatan pendidikan berbasis luas.
a.       Adanya penyempurnaan kurikulum dari program pendidikan yang berbasis sempit (narrow based curriculum) menjadi berbasis mendasar, kuat dan luas (broad based curriculum).
b.      Pelaksanaan evaluasi difokuskan kepada kompetensi warga belajar yang mengikuti kegiatan pembelajaran.
c.       Metode pembelajaran variatif menerapkan prinsip reinforcement.
d.      Peningkatan mutu dan pembentukan kenggulan sebagai bekal menghadapi berbagai perubahan yang berkembang semakin cepat.
e.       Membuka wawasan dan pola pikir, sikap mental warga masyarakat sehingga mampu mengoptimalkan potensi yang ada, berubah tantangan menjadi peluang bagi kehidupannya.
f.       Membentuk dan meningkatkan mutu tim fasilitasi terhadap pelaksanaan program keterampilan hidup guna memantau dan memberikan supervisi terhadap program sehingga mencapai tujuan yang diharapkan.
g.      Memfasilitasi berbagai bentuk kegiatan dalam rangka mendukung program ketermpilan hidup.
h.      Mengoptimalkan peran lembaga/masyarakat untuk melaksanakan dan mengembangkan program keterampilan hidup, sesuai dengan karakteristik dan potensi daerah/lokal.
i.        Meningkatkan kerja sama dengan unit kerja terkait, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya dalam mendukug pelaksanaan program keterampilan hidup.

Upaya peningkatan mutu SDM melalui aktualisasi sistem broad based education telah dicanangkan melalui ketetapan MPR (1999) berkenaan dengan pendidikan mengamanatkan sebagai berikut:
a.       Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan  memperoleh pendidikan yang bermutinggi bagi seluruh rakyat Indonesia.
b.      Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan.
c.       Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaruan kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik.
Pendidikan berdasarkan sistem broad  based education ialah konsep pendidikan yang memacu pada life skills. Tujuan utamanya adalah untuk mengakomodasi kebututuan pendidikan masayarakat dalam rangka memperoleh pekerjaan yang layak sesuai dengan standar hidup, bagi pendidikan formal adalah memberikan bekal keterampilan dasar bagi mereka yang tidak dapat melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
Life skills adalah broad based educatation atau pendekatan pendidikan berbasis luas. Pendidikan berbasis luas merupakan suatu pendekatan yang memiliki karakteristik bahwa proses pendidikan bersumber pada nilai-nilai hidup yang berkembang secara luas  di masyarakat. Wardiman (1998) menyebutkan pendidikan berbasis luas merupakan sistem baru yang berwawasan SDM, berwawasan keunggulan, menganut prinsip tidak mungkin membentuk SDM yang berkualitas dan memiliki keunggulan, kalau tidak diawali dengan pembentukan dasar yang kuat.


2.       STRATEGI PENGEMBANGAN MUATAN LIFE SKILLS PADA
PEMBELAJARAN
1.    Strategi renung-Latih-Telaah (RLT)
Strategi RLT yang berarti perenungan, pelatihan atau pembiasaan dan penelaahan dikemukakan oleh Marwah Daud Ibrahim. Menurutnya pendidikan yang berorientasi life skills perlu dilaksanakan dengan strategi perenungan hakikat dan makna hidup/diri, pelatihan/pembiasaan tentang bagaimana mengelola (manajemen) hidup, dan penelaahan kisah sukses tokoh-tokoh sukses.
Life skills merupakan kombinasi antara:
a.       Perenungan tentang hakikat dan makna keberadaan kita sebagai manusia, makhluk tersempurna dari seluruh ciptaan Tuhan ;
b.      Pelatihan dan pembiasaan praktis untuk mengelola hidup dan merencanakann masa depan agar hidup lebih bermakna dan bermanfaat ;
c.       Cuplikan kisah sukses beberapa tokoh nasional dan tokoh dunia untuk menjadi sumber inspirasi dan motivasi.
2.      Strategi Learner centred
Strategi ini dikembangkan oleh Direktorat Kepemudaan dengan mengadopsi statregi pendidikan masyarakat, yang bercirikan bahwa pendidikan life skills diselenggarakan dengan prinsip :
a.       Pengembangan kecakapan berdasarkan minat dan kebutuhan individu dan/ atau kelompok sasaran.
b.      Pengembangan kecakapan terkait dengan karakteristik potensi wilayah setempat (sumber daya alam dan potensi sosial budaya).
c.       Pengembangan kecakapan dilakukan secara nyata sebagai dasar sektor usaha kecil atau industri rumah tangga.
d.      Pengembangan kecakapan berdasar pada peningkatan kompetensi keterampilan peserta didik untuk berusaha dan bekerja sehingga tidak terlalu teoritik namun lebih bersifat aplikatif opersional.
3.      Strategi kurikulum berbasis kompetensi
Kurikulum disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Mutu pendidikan yang tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, berdemokrasi, dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga negara Indonesia. Penyempurnaan kurikulum dilakukan secara responsif terhadap penerapan hak asasi manusia, kehidupan berdemokrasi, globalisasi, dan otonomi daerah.
Dalam konteks desentralisasi dan seiring dengan perwujudan pemerataan hasil pendidikan bermutu diperlukan kurikulum nasional yang memuat kompetensi umum lulusan yang dapat dipertanggungjawabkan dalam konteks lokal, nasional , dan global.
Dilain pihak, satu hal yang tidak bisa dipisahkan dalam hal pendidikan adalah pendidik yaitu guru. Guru berperan dalam memfasilitasi perkembangan peserta didik. Guru sebagai pelaku utama dalam implementasi program pendidikan disekolah memiliki peranan yang sangat strategis dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Dalam hal ini, guru dipandang sebagai faktor determinan terhadap pencapaian mutu prestasi belajar siswa.
Mengingat perananya yang begitu penting, maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman dan kemampuan secara komprehensif tentang kompetensinya sebagai pendidik.
Kompetensi pendidik (guru) itu meliputi: kinerja (performance), penguasaan landasan profesional/akademik, penguasaan materi akademik, penguasaan keterampilan/proses kerja, penguasaan penyesuaian interaksional, dan kepribadian (Rochaman N. 2003)
4.      Strategi Penguatan Pendidikan Ekstrakurikuler
Pendidikan ekstrakurikuler merupakan kegiatan belajar yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau luar sekolah untuk lebih memperluas wawasan atau kemampuan.
separador

2 komentar:

Nurvieee mengatakan...

TERIMAKASIH, sangat membantu,,,

fitri mengatakan...

saya sangat berterimakasih atas ilmu yang sudah saya dapatkan ini sangat bermanfaat bagi saya dan tentu untuk semua orang. :)

Posting Komentar

Followers