Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 16 April 2013

PENIDDIKAN BERKARAKTER



A.    PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER
Pendidikan karakter merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan/ kelompok yang unik baik sebagai warga negara . hal itu diharapkan mampu memberikan kontribusi optimal dalam mewujudkan masyarakat yang berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, berkeadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
B.     TUJUAN, FUNGSI DAN MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER
1.      Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
2.      Fungsi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter berfungsi dalam :
a.       Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik dan berperilaku baik.
b.      Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur
c.       Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
3.      Media Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup:
F Keluarga
F Satuan pendidikan
F Masyarakat sipil dan politik
F Pemerintah
F Dunia usaha
F Media massa
Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun satuan pednidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya dengan cara melanjutkan nilai prakondisi yang diperkuat dengan beberapa nilai yang diprioritaskan dari 18 nilai diatas. Dalam implementasinya jumlah dan jenis karakter yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain.
Hal itu tergantung pada kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing. Diantara berbagai nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana dan mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/ Wilayah, yakni bersih, rapi, nyaman, disiplin, sopan dan santun.







C.    PERANAN PENTING PENDIDIKAN KARAKTER BAGI PEMBANGUNAN BANGSA
Di Indonesia pelaksanaan pendidikan karakter saat ini memang dirasakan mendesak. Gambaran situasi masyarakat bahkan situasi dunia pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok pengarusutamaan (mainstreaming) implementasi pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan karakter di Indonesia dirasakan sangat perlu pengembangannya bila mengingat makin meningkatnya tawuran antar pelajar, serta bentuk-bentuk kenakalan remaja lainnya terutama dikota-kota besar pemerasan/kekerasan (bullying), kecenderungan dominasi senior terhadap junior, fenomena suporter bonex, penggunaan narkoba, dan lain-lain. Sebagai bangsa, agaknya kita masih saja mengidap Inferiority complex, terbukti masih suka melahap tanpa seleksi segala produk-produk dan budaya asing. Parahnya, media massa juga lupa akan kewajibannya untuk ikut mencerdaskan bangsa dan memotivasi kepada budaya bangsa. Sementara itu, dalam dunia pendidikan kasus bertindak curang (cheating) baik berupa tindakan mencontek, mencontoh pekerjaan teman, atau mencontoh dari buku pelajaran seolah-olah merupakan kejadian sehari-hari.
Terkait dengan itu perlu ditegaskan bahwa korupsi bukan hanya soal mencuri uang Negara. Seorang akademikus yang melakukan plagiat atau seorang siswa yang mencontek tidaklah mencuri uang Negara, tetapi plagiat dan mencontek adalah indentik dengan korupsi. Disini lah mengapa pendidikan berbasis karakter dengan segala dimensi dan variasinya menjadi penting dan mutlak. Karakter yang ingin kita bangun bukan hanya karakter  berbasis kemuliaan diri semata, tetapi secara bersamaan membangun karakter kemulian sebagai bangsa. Karakter yang ingin kita bangun bukan hanya kesantunan, tetapi secara bersamaan kita bangun karakter yang mampu menumbuhkan kepenasaranan intelektual sebagai modal untuk membangun kreatifitas dan daya inovasi.
Berkaitan dengan dirasakan semakin mendesaknya implementasi pendidikan karakter di Indonesia tersebut, Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional dalam pulbikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2011) menyatakan bahwa pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.  
Dalam publikasi Pusat Kurikulum tersebut dinyatakan bahwa pendidikan karakter berfungsi :
1.      Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik;
2.      Memperkuat dan membangun prilaku bangsa yang multikultur;
3.      Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Dalam kaitan itu telah diidentifikasi sejumlah nilai pembentuk karakter yang merupakan hasil kajian empirik pusat kurikulum. Nilai-nilai yang bersumber dari agama, pancasila,budaya, dan tujuan pendidikan nasional tersebut adalah:
1.      Religius
2.      Jujur
3.      Toleransi
4.      Disiplin
5.      Kerja keras
6.      Kreatif
7.      Mandiri
8.      Demokratis
9.      Rasa ingin tahu
10.  Semangat kebangsaan
11.  Cinta tanah air
12.  Menghargai prestasi
13.  Bersahabat/ komunikatif
14.  Cinta damai
15.  Gemar membaca
16.  Peduli lingkungan 
17.  Peduli sosial
18.  Tanggungjawab

Pendapat Lickona tentang perlunya pelaksanaan pendidikan karakter di Amerika Serikat yaitu :
a.       Merupakan kebutuhan yang jelas dan mendesak
b.      Sejak dulu sampaisekarang penyebaran nilai-nilai menjadi tugas peradaban
c.       Peranan sekolahsebagai pendidikan moral menjadilebih vital karena jutaan anak-anak hanya mendapat  tuntunan moral sekadarnya dari para orang tuanya sementara itu, pusat-pusat pengaruh pembimbingan moral seperti gereja atau kuil, juga absen dalam kehidupan mereka.
d.      Bahkan dalam masyarakat yang penuh dengan konflik, selalu ada pemahaman etika secara umum.
e.       Demokrasi secara khusus memerlukan pendidikan moral
f.       Tidak ada suatu pendidikan yang bebas nilai
g.      Pertanyaan-pertanyaan tentang moral adalah satu pertanyaan besar yang dihadapi oleh setiap orang dan juga umat manusia.
h.      Telah hadir dukungan yang semakin besar dan berbasis luas terhadap pelaksanaan pendidikan moral di sekolah-sekolah.

Schwartz (2008) dalam suatu pertanyaan retorik menyampaikan : mengapa pendidikan karakter di perlukan? Menjawabnya dengan penjelasan bahwa pendidikan karakter terbukti membantu menciptakan perasaan sebagai anggota komunitas di sekolah.
Schwartz lebih lanjut memberikan penjelasan sebagai berikut :
·  Pendidikan  karakter membantu para siswa mencapai sukses baik di sekolah maupun dalam kehidupan
·                     Pendidikan karakter membantu para siswa siap merespon berbagai tantangan kehidupan
·                     Pendidikan karakter membantu meningkatkan perilaku prososial dan menurunkan sikap dan perilaku negative para siswa
·                     Orang-orang (dalam hal ini seluruh warga sekolah) yang berkata bahwa mereka peduli terhadap nilai-nilai, ternyata lebih senang bertindak berlandaskan nilai-nilai tersebut
·                     Pendidikan karakter menjadikan pengajaran berlangsung lebih mudah dan belajar berlangsung lebih efisien.
Ada tiga prinsip pokok pengembangan pendidikan karakter di Kanada (Berkowitz, 2008). Pertama, satu-satunya cara untuk membangun dunia yang lebih bermoral adalah dengan menciptakan manusia yang lebih bermoral. Kedua, pentingnya perwujudan kata pepatah yang mengatakan “ perilaku anak adalah satu-satunya bahan pertanggungjawaban yang dapat diminta kepada orang tua (dewasa). Ketiga, sekolah memiliki peranan dan pengaruh yang kuat dan ekstensif terhadap para muda karena mereka menghabiskan sebagian besar waktunya bertahun-tahun, sejak masih anak-anak sampai dewasa di sekolah.
Dalam konteks ini pendidikan karakter di Kanada menitikberatkan pengembangan nilai-nilai atau atribut yang meliputi:
1)      Rasa hormat pada diri sendiri, oranglain dan pada dunia tempat kita berdiam,
2)      Tanggungjawab
3)      Suatu orientasi, serta kapasitas untuk bertindak jujur dan adil,
4)      Kepedulian terhadap kesejahteraan oranglain
5)      Suatu komitmen untuk bertindak jujur dan adanya tujuan yang transparan,
6)      Dedikasi terhadap demokrasi, baik dalam politik maupun kehidupan sehari-hari.
D.    DAMPAK PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER YANG EFEKTIF
a.       Perbaikan iklim sekolah termasuk iklim pembelajaran
b.      Para siswa dan para staf menganggap sekolah sebagai tempat yang peduli, aman dan cocok bagi anak-anak.
c.       Para siswa berperilaku lebih santun dan pantas, serta prososial
d.      Tindakan-tindakan yang keliru dan tidak terpuji seperti penggunaan narkoba serta kekerasan menurun secara drastic
e.       Motivasi akademik serta skor prestasi siswa naik secara signifikan termasuk perolehan skor pada tes standar
f.       Para siswa meningkatkan keterampilan mereka dalam pemecahan masalah serta secara menakjubkan mampu mengembangkan kompetensi emosionalnya (termasuk aspek-aspek yang terkait kecerdasan social dan kecerdasan emosional).

E.     IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI INDONESIA
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional pendidikan karakter terus meliputi dan berlangsung pada:
1.      Pendidikan formal
Pendidikan karakter pada pendidikan formal berlangsung pada lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMA/MAK dan Perguruan Tinggi melalui pembelajaran, kegiatan kokurikuler dan atau ekstra-kurikuler penciptaan budaya satuan pendidikam, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan formal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.
2.      Pendidikan Nonformal
Dalam pendidikan nonformal pendidikan karakter berlangsung pada lembaga kursus, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan, dan lembaga pendidikan nonformal lain melalui pembelajaran, kegiatan kokurikuler dan atau ekstra-kurikuler, penciptaan budaya lembaga, dan pembiasaan.
3.      Pendidikan Informal
Dalam pendidikan informal pendidikan karakter berlangung dalam keluarga yang dilakukan oleh orang tua dan orang dewasa didalam keluarga terhadap anak-anak yang menjadi tanggung jawabnya. 


BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Pendidikan karakter merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan/ kelompok yang unik baik sebagai warga Negara. Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional dalam pulbikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2011) menyatakan bahwa pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Pendidikan karakter membantu para siswa siap merespon berbagai tantangan kehidupan, Pendidikan karakter membantu meningkatkan perilaku prososial dan menurunkan sikap dan perilaku negative para siswa, Orang-orang (dalam hal ini seluruh warga sekolah) yang berkata bahwa mereka peduli terhadap nilai-nilai, ternyata lebih senang bertindak berlandaskan nilai-nilai tersebut, Pendidikan karakter menjadikan pengajaran berlangsung lebih mudah dan belajar berlangsung lebih efisien.
B.     SARAN
Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (character building) karena character building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju, dan jaya serta bermartabat
Read more...
separador

Selasa, 09 April 2013

hakikat bimbingan di sekolah Dasar


A.      LATAR BELAKANG BIMBINGAN DI SEKOLAH
1)   Latar Belakang Sosio-Kultural
Sekolah tidak dapat melepaskan diri dari situasi kehidupan masyarakat dan mempunyai tanggungjawab untuk membantu para siswa baik sebagai pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat. Sebagai suatu lembaga pendidikan formal, sekolah bertanggungjawab untuk mendidik dan menyiapkan siswa agar berhasil menyesuaikan diri di masyarakat dan mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Siswa hendaknya dibantu, agar apa yang mereka terima di sekolah dapat merupakan bekal untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Dalam situasi inilah bimbingan akan terasa diperlukan sebagai suatu bentuk bantuan kepada siswa.
2)   Latar Belakang Pedagogis
Dengan adanya kebijaksanaan pemerintah untuk menyempurnakan kurikulum menjadi kurikulum yang lebih sesuai dengan tuntutan masyarakat, kemudian dikenal dengan “kurikulum 1984” maka layanan bimbingan mempunyai fungsi dan peranan yang lebih besar. Untuk menuju tercapainya pribadi yang berkembang maka kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh yang tidak hanya berupa kegiatan instruksional (pengajaran), akan tetapi meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap anak didik secara pribadi mendapat layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara optimal.
a.    Perkembangan pendidikan
Sebagai suatu proses yang dinamis,pendidikan akan senantiasa berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan yang terjadi di lingkungan umumnya. Salah satu ciri dari perkembangan pendidikan adalah adanya perubahan-perubahan dalam berbagai komponensistem pendidikan seperti kurikulum, strategi belajar mengajar, alat bantu belajar, dan sumber-sumber.
b.    Peranan guru
9  Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran dan administratif, seorang guru dapat berperan sebagai :
·      Pengambilan inisiatif, pengarah dan penilai kegiatan-kegiatan pendidikan.
·      Wakil masyarakat, yang berarti dalam lingkungan sekolah guru menjadi suatu masyarakat.
·      Orang yang ahli dalam mata pelajaran.
·      Penegak disiplin yaitu harus menjaga agar tercapai suatu disiplin.
·      Pelaksana administrasi pendidikan.
·      Pemimpin generasi muda.
9  Dilihat dari segi dirinya sendiri (self oriented), seorang guru harus berperan sebagai :
·      Petugas sosial
·      Pelajaran dan ilmuwan
·      Orang tua
·      Pencari teladan
·      Pencari keamanan
9  Peranan guru dilihat secara psikologis, guru dipandang sebagai :
·      Ahli psikologi pendidikan
·      Seniman dalam hubungan antarmanusia
·      Pembentuk kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan
·      Catalycagent, yaitu seorang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan
·      Petugas kesehatan mental
c.    Guru sebagai direktur belajar (director of learning)
Sebagai pembimbing dalam belajar, guru diharuskan mampu untuk :
9  Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu maupun kelompok.
9  Memberikan informasi-informasi yang diperlukan dlam proses belajar.
9  Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya.
9  Membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya.
9  Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.



3)   Latar Belakang Psikologis
a)    Masalah Perkembangan Individu
Proses perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar. Dari dalam dipengaruhi oleh pembawaan dan kematangan dan dari luar dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Perkembangan dapat berhasil baik jika faktor-faktor tersebut dapat saling melengkapi.
b)   Masalah perbedaan individu
Beberapa segi perbedaan individual yang perlu mendapat perhatian ialah perbedaan dalam berikut ini :

Ø Kecerdasan
Ø Kecakapan
Ø Hasil belajar
Ø Bakat
Ø Sikap
Ø Kebiasaan
Ø Pengetahuan
Ø Kepribadian
Ø Cita-cita
Ø Kebutuhan
Ø Minat
Ø Pola-pola dan tempo perkembangan
Ø Ciri-ciri jasmaniah
Ø Latar belakang lingkungan

c)    Masalah kebutuhan individu
Kebutuhan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan ini sifatnya mendasar bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri.
Beberapa diantara kebutuhan-kebutuhan yang harus kita perhatikan ialah berikut ini :
·      Memperoleh kasih sayang
·      Memperoleh harga diri
·      Untuk memperoleh penghargaan yang sama
·      Ingin dikenal
·      Memperoleh prestasi dan posisi
·      Untuk dibutuhkan orang lain
·      Merasa bagian kelompok
·      Rasa aman dan perlindungan diri
·      Untuk memperoleh kemerdekaan diri

d)   Masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku
Untuk dapat memenuhi kebutuhan , individu harus dapat menyesuaikan antara kebutuhan dengan segala kemungkinan yang ada dalam lingkungan, disebut proses penyesuaian diri. Individu harus menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan baik lingkungan sekolah, rumah maupun masyarakat.
Proses penyesuaian diri ini banyak sekali menimbulkan berbagai masalah terutama bagi diri individu sendiri. Jika individu dapat berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai dengan lingkungannya dan tanpa menimbulkan gangguan atau kerugian bagi lingkungannya, hal itu disebut maladjusted atau penyesuaian yang baik. Sebaliknya, apabila individu gagal dalam proses penyesuaian diri tersebut disebut maladjusted atau salah suai.
e)    Masalah belajar
Dalam perbuatan belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri maupun bagi pengajar. Beberapa masalah belajar, misalnya bagaimana menciptakan kondisi yang baik agar perbuatan belajar berhasil, memilih metode dan alat-alat yang tepat sesuai dengan jenis serta situasi belajar, membuat rencana belajar bagi siswa, menyesuaikan proses belajar dengan keunikan siswa dan penilaian  hasil belajar, diagnosis kesulitan belajar.
f)    Kesimpulan
Uraian di atas, menjelaskan bahwa perlunya layanan bimbingan di sekolah adalah berlatar belakangkan tiga aspek tersebut. Pertama, adalah aspek lingkungan, khususnya lingkungan sosial kultural, secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi individu siswa sebagai subjek didik, dan sekolah sebagai lembaga pendidikan. Aspek kedua, adalah lembaganya itu sendiri yaitu pendidikan yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian subjek didik. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dilaksanakan secara tuntas baik dalam proses kegiatannya maupun tindak dari para pelaksananya, yaitu guru sebagai pendidik. Aspek ketiga, adalah yang menyangkut segi subjek didik sebagai pribadi yang unik, dinamik, dan berkembang, memerlukan pendekatan dan bantuan yang khusus melalui layanan bimbingan.




B.       PENGERTIAN, TUJUAN, FUNGSI, DAN PRINSIP BIMBINGAN DI SEKOLAH
1)   Pengertian Bimbingan di Sekolah
a)    Bimbingan merupakan suatu proses yang berkelanjutan
Hal ini mengandung arti bahwa kegiatan bimbingan bukan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara kebetulan, insidental, sewaktu-waktu, tidak sengaja atau asal saja, melainkan suatu kegiatan yang dilakukan dengan sistematis, sengaja, berencana, terus-menerus dan terarah kepada tujuan.
b)   Bimbingan merupakan proses membantu individu
Proses bimbingan merupakan kegiatan yang bersifat kerja sama secara demokratis dan tidak otoriter dari pihak pembimbing.
c)    Bantuan yang diberikan ialah kepada individu yang memerlukannya di dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
d)   Bantuan yang diberikan bertujuan agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal menjadi pribadi-pribadi yang mandiri.
e)    Mencapai tujuan bimbingan
f)    Melaksanakan usaha dengan berbagai media
g)   Pelaksanaan bimbingan diperlukan personal yang memiliki keahlian
Dari uraian diatas dapat disimpulkan pengertian bimbingan sebagai berikut :
“Bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan”.

Kemandirian yang menjadi tujuan usaha bimbingan ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi yang mandiri yaitu :
v  Mengenal diri sendiri dan lingkungannya sebagaimana adanya, meliputi kemampuan pengenalan terhadap keadaan, potensi, kecendurungan serta kekuatan dan kelemahan diri sendiri seperti apa adanya.
v  Menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamik. Menuntut agar individu yang bersangkutan bersikap positif dan dinamik terhadap kondisi objektif  yang ada di lingkungannya.
v  Mengambil keputusan. Menuntut kemampuan individu untuk menetapkan satu pilihan dari berbagai kemungkinan yang ada berdasarkan pertimbangan yang matang.
v  Mengarahkan diri sendiri. Menuntut kemampuan individu untuk mencapai dan menempuh jalan agar apa yang menjadi kepentingan dirinya dapat terselenggarakan secara positif dan dinamik.
v  Mewujudkan diri sendiri merupakan kebulatan dan kemantapan dari perwujudan keseluruhan fungsi-fungsi tersebut diatas.

2)   Tujuan Bimbingan di Sekolah
a.       Tujuan umum
Tujuan umum dari pelayanan bimbingan dan konseling adalah sama dengan tujuan pendidikan, sebagaimana dinyatakan dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab, kemasyarakatan dan kebangsaan.
b.      Tujuan khusus
Agar siswa dapat memahami diri sendiri sehingga mampu mengatasi masalah dan kesulitan yang dialami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat selanjutnya dapat  menyalurkan potensi yang dimiliki baik di dalam pendidikan maupun dunia kerja nantinya.

3)   Fungsi Bimbingan di Sekolah
a.    Fungsi pengungkapan
Pembimbing mengadakan pendekatan pada siswa sehingga siswa yang bermasalah tersebut mau menceritakan atau mengungkapkan masalahnya.
b.    Fungsi penyalur
Bentuk kegiatan bimbingan dalam fungsi ini misalnya bantuan dalam:
Ø Memperoleh jurusan yang tepat
Ø Menyusun program belajar
Ø Pengembangan bakat dan minat
Ø Perencanaan karier
c.    Fungsi penyesuaian
Beberapa kegiatan bimbingan dalam fungsi ini, antara lain sebagai berikut :
v Orientasi terhadap sekolah, untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai berbagai hal, antara lain kurikulum, cara belajar, fasilitas, dan ketentuan akademik.
v Kegiatan-kegiatan kelompok untuk memperoleh penyesuaian sosial yang lebih baik.
v Pengumpulan data siswa untuk memperoleh pemahaman diri yang lebih baik sebagai penyesuaian diri terhadap lingkungan.
v Penyuluhan perorangan untuk mengarahkan siswa demi penyesuaian yang lebih baik terhadap lingkungan.
d.   Fungsi pencegahan
Dengan membangkitkan dan menyadarkan siswa akan kekuatan atau potensi yang dimiliki maka akan mencegah timbulnya hambatan atau gangguan yang timbul dari dalam maupun dari luar diri siswa.
e.    Fungsi pengembangan
Setiap siswa mempunyai potensi yang dapat dan harus dikembangkan semaksimal mungkin. Sebagai contoh, seorang siswa di kelas suka mencoret-coret buku pelajarannya dengan bermacam-macam gambar. Dan ternyata dalam pelajaran kesenian menggambar siswa tersebut mendapat nilai bagus. Maka untuk mengembangkan potensi tersebut , pembimbing menyarankan siswa mengikuti sanggar lukis dan mengikutsertakan pada lomba lukis.
f.     Fungsi perbaikan
Pada fungsi ini pembimbing bertujuan memberikan bantuan agar siswa mengadakan perubahan yang sifatnya positif, yaitu memperbaiki dan sekaligus meningkatkan yang selama ini dianggap kurang baik menjadi lebih baik.

4)   Prinsip-prinsip Bimbingan di Sekolah
Dalam memberikan layanan bimbingan, pembimbing perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut :
a.         Prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan
·      Bimbingan diberikan kepada semua siswa
·      Bimbingan berurusan dengan pribadi dan tingkah laku siswa yang unik dan dinamis
·      Pemberian bimbingan memperhatikan tahap dan perbedaan perkembangan siswa
b.         Prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu
Ø Pemberian bimbingan yang menyangkut masalah penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan keluarga, sekolah dalam kaitannya dengan kontak sosial maupun pekerjaan.
Ø Pemberian bimbingan yang menyangkut masalah kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan.
c.         Prinsip yang berkenaan dengan program layanan
v Program bimbingan merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu.
v Program bimbingan harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga.
d.        Prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan
·      Keputusan yang diambil individu adalah keputusannya sendiri sehingga individu mampu menghadapi permasalahan.
·      Adanya kerja sama yang baik antara guru pembimbing, guru-guru lain dan orangtua.

C.      PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH
1)   Kedudukan Bimbingan dalam Pendidikan
Kegiatan pendidikan pada umumnya sekurang-kurangnya, meliputi 3 daerah ruang lingkup. Yaitu :
a.    Bidang Instruksional dan kurikuler
Bidang ini mempunyai tanggung jawab dalam kegiatan pengajaran yang bertujuan untuk memberi pengetahuan, keterampilan dan sikap.
b.    Bidang Administratif dan Kepemimpinan
Di dalam bidang inilah letaknya tanggung jawab dan otoritas proses pendidikan yang pada umumnya mencakup kegiatan-kegiatan, seperti perencanaan, organisasi, pembiayaan, pembagian tugas staf personalia, perlengkapan-perlengkapan (material), dan pengawasan (supervisi).
c.    Bidang Pembinaan Siswa
Bidang ini mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan agar siswa memperoleh kesejahteraan lahir batin dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya sehingga mencapai tujuan.

2)   Ciri dan Lingkup Program Bimbingan di Sekolah
Program bimbingan yang direncanakan secara baik dan terperinci memberikan banyak keuntungan, baik bagi siswa yang mendapat bimbingan maupun bagi petugas yang menyelenggarakan, Program bimbingan semacam itu :
F Memungkinkan para petugas menghemat waktu, usaha, biayadengan menghindarkan kesalahan-kesalahan dan usaha coba-coba yang tidak menguntungkan.
F Memungkinkan siswa untuk mendapat pelayanan bimbingan secara seimbang dan menyeluruh, baik dalam hal kesempatan ataupun dalam jenis pelayanan bimbingan yang diperlukannya.
F Memngkinkan setiap petugas mengetahui dan memahami perannya masing-masing dan mengetahui bagaimana dan di mana mereka harus melakukan upaya secara tepat.
F Memungkinkan para petugas untuk menghayati pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuannya sendiri dan untuk kepentingan para siswa yang dibimbingnya.


a.      Ciri-ciri Program Bimbingan yang Baik
Program bimbingan yang baik, yaitu program yang apabila dilaksanakan akan efisien dan efektif, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
ð  Program itu disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata dari para siswa sekolah yang bersangkutan.
ð  Kegiatan bimbingan diatur menurut skala prioritas yang juga ditentukan berdasarkan kebutuhan siswa dan kemampuan petugas.
ð  Program itu dikembangkan berangsur-angsur melibatkan semua tenaga pendidikan di sekolah dalam merencanakannya.
ð  Program itu memiliki tujuan yang ideal, tetepi realistik dalam pelaksanaannya.
ð  Program itu mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan di antara semua anggota staf pelaksananya.
ð  Menyediakan fasilitas yang diperlukan.
ð  Penyusunan disesuaikan dengan program pendidikan di lingkungan sekolah yang bersangkutan.
ð  Memberikan kemungkinan pelayanan kepada semua siswa sekolah yang bersangkutan.
ð  Memperlihatkan peranan yang penting dalam menghubungkan dan memadukan sekolah dengan masyarakat.
ð  Berlangsung sejalan dengan proses penilaian diri, baik mengenai program itu sendiri maupun kemajuan dari siswa yang dibimbing, serta mengenai kemajuan pengetahuan, keterampilan dan sikap para petugas pelaksananya.
ð  Program itu menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan dalam hal berikut ini :

1)      Pelayanan kelompok dan individual
2)      Pelayanan yang diberikan oleh berbagai jenis petugas bimbingan.
3)      Penggunaan alat pengukur yang objektif dan subjektif.
4)      Penelaahan tentang siswa dan pemberian bimbingan.
5)      Pelayanan yang diberikan dalam berbagai jenis bimbingan.
6)      Pemberian bimbingan umum dan khusus.
7)      Pemberikan bimbingan tentang berbagai program sekolah.
8)      Penggunaan sumber-sumberdi dalam dan di luar sekolah.
9)      Kesempatan untuk berpikir, merasakan, dan berbuat.
10)  Kebutuhan individu dan kebutuhan masyarakat.

b.      Ruang Lingkup Program Bimbingan di Lingkungan Sekolah
Dalam melaksanakan bimbingan di lingkungan sekolah, perlu diperhatikan batas-batas kemungkinan pelayanan, dalam arti bahwa pelaksanaannya itu tidak terlalu sempit dan tidak terlalu luas sehingga meliputi hal-hal atau kegiatan-kegiatan yang tidak perlu, tidak dapat atau tidak boleh dilakukan oleh petugas bimbingan di sekolah.



3)   Keterampilan Layanan Bimbingan dengan Proses Belajar-Mengajar

Keterpaduan layanan bimbingan dengan Program Belajar-Mengajar di sini adalah guru menyampaikan materi pelajaran di depan kelas, memberikan layanan bimbingan bagi siswa yang dirasa bermasalah atau untuk mencegah agar siswa tidak mengalami masalah.
Perilaku siswa yang merupakan indikasi penyimpangan di kalangan anak-anak, misalnya malas ke sekolah, mengganggu siswa lain yang sedang belajar, membuat keributan, menyontek pada waktu ulangan, pulang sebelum waktu belajar berakhir, bertindak agresif, dan suka memukul. Tindakan-tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai perilaku tidak disiplin. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor inernal maupun faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri. Penyebab dari faktor ini di antaranya karena adanya kebutuhan yang tidak terpuaskan, kurang cerdas, terlalu dimanjakan oleh orang tua, dan kelebihan energi.

Adapun faktor eksternal adalah yang bersumber pada pengaruh luar, seperti pelajaran yang sulit dipahami, cara guru mengajar kurang efektif, sikap guru yang keras, bahasa guru sulit ditangkap, suara guru tidak jelas, lingkungan belajar tidak nyaman, dan alat belajar tidak lengkap. Faktor-faktor tersebut dapat merugikan beberapa pihak, bagi siswa mengakibatkan perkembangan pribadi kurang baik.
Adapun faktor-faktor psikologis dalam transaksi belajar-mengajar di antaranya berdasarkan atas berikut ini :
a.       Penerimaan guru terhadap siswa karena percaya diri dan mengakui keterbatasan siswanya.
b.      Rasa aman yang didasari oleh rasa disenangi dan diterima oleh guru.
c.       Perbedaan individual antara siswa dan cara guru- memberikan pelayanannya.
d.      Guru bertindak melalui cara-cara yang demokratis di kelas.
e.       Sikap bersahabat antara guru-siswa yang dilandasi oleh rasa kasih sayang yang murni (Oemar Hamalih, 1992,115)

Faktor-faktor tersebut yang diharapkan dapat diterapkan guru dalam melaksanakan proses Belajar-Mengajar di kelas sehingga siswa diharapkan memperoleh maateri pelajaran dan sekaligus bimbingan semaksimal mungkin.

Bimbingan mempunyai ciri-ciri berikut ini :
a.       Berupa suatu proses yang berkesinambungan dan sistematis.
b.      Bantuan bukan berupa paksaan
c.       Diberikan kepada setiap individu.
d.      Bertujuan agar individu berkembang optimal dalam mencapai pribadi mandiri.
e.       Menggunakan pendekatan pribadi dengan berbagai teknik dan media.
f.       Dilakukan dalam suasana asuhan dan normatif.
g.      Dilaksanakan secara profesional.
Bimbingan menempati bidang ketiga, yaitu bidang pelayanan dan pembinaan siswa, dengan menggunakan pendekatan pribadi.
Read more...
separador

Followers